SPATIAL DURBIN ERROR MODEL PADA PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
DOI:
https://doi.org/10.34151/statistika.v8i2.4452Keywords:
Pengangguran, Ordinary Least Square, Spatial Error Model, Spatial Durbin Error ModelAbstract
Pertumbuhan angkatan kerja yang tergolong cepat dan ketersediaan lapangan kerja yang tidak seimbang mengakibatkan timbulnya masalah pengangguran di suatu wilayah atau daerah. Besarnya persentase tingkat pengangguran dapat mengakibatkan pembangunan ekonomi menjadi semakin terpuruk. Hal ini dikarenakan pengangguran menjadi salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan akibat dari pembangunan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka dengan membandingkan model Ordinary Least Square (OLS), Spatial Error Model (SEM) dan Spatial Durbin Error Model (SDEM). Terdapat 4 variabel independen yang diduga memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka yaitu persentase penduduk miskin (X1), tingkat partisipasi angkatan kerja (X2), indeks pembangunan manusia (X3) dan angka partisipasi murni tingkat sekolah menegah atas (X4). Hasil uji asumsi klasik OLS menunjukan terjadi heteroskedastisitas sehingga diduga terdapat efek spasial dan dilanjutkan pada pemodelan spasial. Pada uji autokorelasi spasial menunjukkan bahwa terdapat efek spasial pada variabel independen (X) dan nilai Error (e), sehingga pengujian dengan model SEM dan SDEM dapat dilakukan. Berdasarkan perbandingan nilai AIC dari pemodelan OLS, SEM dan SDEM, diketahui bahwa pemodelan SDEM memiliki nilai AIC terkecil yakni sebesar 73.2 sehingga baik untuk memodelkan tingkat pengangguran terbuka di provinsi NTT. Pemodelan SDEM dengan variabel yang signifikan menunjukan bahwa indeks pembangunan manusia (X3) signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.