PENGENDALIAN KUALITAS SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN SIX SIGMA DAN FAULT TREE ANALYSIS SERTA USULAN PERBAIKAN BERDASARKAN FAILURE MODES AND EFFECTS ANALYSIS
Keywords:
Pengendalian Kualitas, Six Sigma, FTA, FMEAAbstract
- Adi Satria Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur sarung tangan golf yang dipasarkan di dalam maupun luar negeri. Proses produksi sarung tangan golf masih mengalami kecacatan produk, berdasarkan data produksi pada bulan Mei 2016 menunjukkan rata-rata kecacatan sebesar 16,42%. Dari produk cacat yang dihasilkan, dilakukan perbaikan (repair) hal tersebut dapat menyebabkan waktu untuk memproduksi produk baru berkurang serta menambah konsumsi bahan baku yang dapat mengakibatkan biaya produksi bertambah sehingga perlu dilakukan pengendalian kualitas untuk meminimalkan tingkat kecacatan produk.Metode Six Sigma digunakan untuk mengukur Sigma Quality Level (SQL) berdasarkan nilai Defect per Million Opportunity (DPMO) proses produksi sarung tangan golf. Metode Fault Tree Analysis digunakan untuk mengidentifikasi penyebab kecacatan produk yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan. Usulan perbaikan diprioritaskan berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) terbesar pada pendekatan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) kemudian tindakan perbaikan diusulkan menggunakan tool 5W+1H. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Defect per milion Opportunity (DPMO) sebesar 8.488, sehingga Sigma Quality Level (SQL) PT. Adi Satria Abadi adalah 3,887. Fault Tree Analysis menunjukkan 8 mode kegagalan yang menjadi penyebab kecacatan produk. Terdapat 5 mode kegagalan yang menjadi prioritas perbaikan : tidak sesuai spesifikasi 567 RPN, kurang ketelitian 504 RPN, penyimpanan dan inspeksi kurang baik 448 RPN, kelelahan 392 RPN dan kurang inspeksi (benang jahit) 392 RPN. Rekomendasi yang dilakukan untuk meminimalkan kegagalan proses yaitu: menerapkan Standard Operation Procedure (SOP) secara baik dan benar, evaluasi besaran target produksi agar sesuai dengan kapasitas produksi, penyediaan tempat penyimpanan bahan baku yang baik, melakukan evaluasi supplier pengadaan bahan baku dan memperketat inspeksi bahan baku sebelum masuk pada bagian proses produksi.